BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter
Dalam terminologi Islam, karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (خَلَقَ) yang berarti perangai, tabiat, adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk mufradnya adalah khuluqun(خُلُقٌ) yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi persesuaian dengan perkataan khalqun (خَلْقٌ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq (خَالِق) yang artinya pencipta, dan makhluk (مَخْلُقٌ) yang artinya yang diciptakan[1]
Menurut ar-Raghib kosa kata al-khuluq (الخُلُقٌ) atau al-khalq (الخلق) mengandung pengertian yang sama seperti halnya kosa kata asy-syurb dan asy-syarab. Hanya saja kata al-khalq (الخلق) di-khususkan untuk kondisi dan sosok yang dapat dilihat sedangkan al-khuluq (خُلُقٌ) dikhususkan untuk sifat dan karakter yang tidak dapat dilihat oleh mata[2].
Menurut Muhammad bin Ali asy-Syarif al-Jurjani, Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri yang darinya keluar perbuatan-perbuatan dengan mudah, ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Akhlak adalah sifat manusia dalam bergaul dengan sesamanya, ada yang terpuji, ada yang tercela[3].
Al-Ghazali menerangkan bahwa khuluq adalah suatu kon-disi dalam jiwa yang suci dan dari kondisi itu tumbuh suatu aktifi-tas yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikirann dan pertimbangan terlebih dahulu[4].
Dengan demikian khuluq mencakup kondisi lahir dan batin manusia, baik teraktualisasi atau tidak semuanya masuk dalam kategori karakter. Berdasarkan uraian di atas maka khuluq me-miliki makna ekuivalen dengan karaktrer.
Dakwah secara bahasa adalah an-nida artinya memanggil, ad-du’a ila syai’I (menyeru dan mendorong kepada sesuatu) dan ad da’wah ila qadhiyah (menegaskannya terhadap yang hak atau-pun yang batil). Dengan demiikian dakwah dapat diartikan kepada memanggil dan menyeru manusia serta adanya pembelaan kepada yang diperjuangkan. Hal ini dituliskan dalam firman Allah surat Yunus: 25 yang artinya, “Alloh mendakwahkan manusia ke Darus-salam dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. Dakwah juga dapat diartikan memohon, meminta dan usaha, dalam bentuk perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama tertentu. Dengan demikian dakwah berarti Allah mengajak hamba-Nya untuk melakukan se-suatu yang menyebabkan mereka masuk ke surga yaitu berpegang teguh kepada agama-Nya.
Sedangkan dakwah Islam yang dimaksudkan adalah dakwah yang berorientasi kepada membangun masyarakat Islam, me-lakukan perbaikan kepada masyarakat Islam, dan memelihara ke-langsungan dakwah, di tengah masyarakat yang berpegang kepada kebenaran untuk memelihara kelangsungannya yaitu dengan pe-ngajian secara terus menerus, tadzkir(peringatan), tazkiyah(penyucian jiwa) dan ta’lim(pendidikan).
Maka dapat disimpulkan dakwah Islamiyah adalah
دَعْوَةُ النَّاسِ إلى الله بالحكمة والموعظة الحسنة حتى يكفروا بالطاغوت ويؤمنوا با لله ليخرجوا من الظلمات الجاهلية الى نورالأسلام
Mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka mengkafirkan thagut dan beriman kepda Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Makna dakwah ini diambil dari Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat: 255-256 dan surat an-Nahl: 125. Dari gabungan ayat ini,makna dakwah adalah usaha mengajak manusia kepada Allah dengan tujuan untuk merubah kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Dakwah tidak terbatas pada kalangan tertentu, juga tidak kepada muslim saja. Namun dakwah dilakukan kepada seluruh manusia sehingga mereka masuk Islam dan dapat meng-amalkan nilai-nilai Islam tersebut. Makna dakwah lainnya adalah usaha mencegah manusia dari kemungkaran dan menyerunya un-tuk mengingkari thagut.
C. Nilai-nilai Karakter dalam Dakwah Islamiyah
Pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperti al-amn (rasa aman, tentram, sejuk). Ada dua sisi dakwah yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan, yaitu menyangkut isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara penyampaian, esensi dan metode.[6]
Sebagai kitab dakwah, al-Quran mengatur dan menjelas-kan segala sesuatu yang berkenaan dengan dakwah, baik pada aspek substansi maupun metodologi. Dengan demikian, Al-Quran harus menjadi rujukan utama dalam setiap kegiatan dakwah. Maka hal-hal yang menyangkut dakwah pun haruslah berlandaskan Al-Quran dan tidak keluar dari ketentuan syariat. Dalam hal ini dakwah Islamiyah sedikitnya menyangkut aspek berikut.[7]
1. Apa, adalah ajaran Islam dengan berbagai dimensi dan substansinya.
2. Siapa pertama, yakni yang menyeru atau menyampaikan adalah da’i ataupun juru dakwah.
3. Siapa yang kedua adalah sasaran dakwah atau mad’uyang mana menjadi sasaran dakwah.
4. Cara, menunjukkan metode yang digunakan dalam kegiatan dakwah.
5. Saluran, merupakan media yang digunakan dalam berdakwah. Bisa berupa saluran langsung tatap muka (face to face). Juga dapat berupa saluran media jarak jauh, seperti telepon dan televisi.
6. Untuk, menunjukkan tujuan dakwah.
Para nabi yang telah Allah utus adalah teladan kita da-lam dakwah Islam ini. Mereka memiliki karakter yang luhur dalam menyampaikan dakwahnya. Kesabaran, ketabahan, ke-konsistenan dalam menyampaikan risalah ajaran yang agung ini telah menunjukkan kepada kita keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Maka hendaknya kita mencontoh manhaj para nabi dan rosul, dalam berdakwah menyampaikan risalah Islam. Terutama sekali manhaj dakwah nabi kita Muhammad Shallalahu ‘alaihi Wasallam.
Berikut adalah beberapa karakter dalam dakwah Islamiyah yang mencakup enam hal di atas.[8]
1. Prinsip dasar yang berhubungan dengan materi dakwah.
a. Mendakwahkan sesuatu yang paling penting, kemudian yang penting.
b. Mendakwahkan sunnah dan memberikan peringatan terhadap bahaya bidah.
2. Prinsip dasar yang berhubungan dengan juru dakwah.
a. Ikhlas
Dakwah tidak akan berhasil kecuali jika semua per-kataan, perbuatan, dan niat serta tujuannya benar-benar ikhlas karena Allah, karena dakwah adalah ibadah. Dan disyaratkan keikhlasan dan muttaba’ah. Amal itu tidak akan menjadi baik, sehingga ia ikhlas dan benar. Dalam hal ini, Syaikh Muhammad Amin berkata, “Al-Quran terlah menjelaskan bahwa amal sholeh adalah amalan yang memenuhi tiga hal, jika salah satu hilang maka amal tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi pelakunya. Diantaranya adalah amal tersebut benar-benar ikhlas karena wajah Allah yang mulia, karena Allah berfirman,
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
b. Ilmiah (dakwah dengan ilmu dan bashirah).
Seorang dai yang lurus menyifati dirinya dengan keilmuan dan bashirah yang benar sesuai dengan apa yang dikehendaki Alloh an rasul-Nya.
c. Sikap santun dan sabar.
3. Prinsip dasar yang berhubungan dengan objek atau sasaran dakwah
a. Bijaksana.
4. Prinsip dasar yang berhubungan dengan metode dakwah.
a. Hikmah
b. Nasihat
c. Debat (al-jadal)
d. Jihad
e. Melunakkan hati
f. Hajr(boikot)
g. Amar ma’ruf nahi munkar.
5. Prinsip dasar yang berhubungan dengan media atau wasilah dakwah.
a. Media-media yang bersifat biasa.
b. Media-media yang bersifat ibadah.
6. Prinsip dasar yang berhubungan dengan tujuan dari dakwah.
a. Melaksanakan tanggung jawab syara’.
b. Berharap agar objek dakwah mendapatkan hidayah.
Dakwah Islam memiliki beberapa karakter dan sifatnya sendiri yang menggambarkan keadaan Islam sebenarnya. Dengan memahami karakter ini, kita akan mendapatkan pemahaman yang jelas tentang dakwah sehingga ia dapat dikembangkan dan dipelihara. Dalam hal ini Irwan Prayitno memaparkan beberapa karakter dan sifat dakwah tersebut, diantaranya adalah[9] 1) robbaniyyah, 2)islamiyyah qobla jam’iyyah, 3)syaamilah ghoiru juz’iyah, 4)mu’ashiroh ghoiru taqlidiyyah, 5)mahalliyah wa ‘alamiyah. 6)Ilmiyyah, 7)bashiroh islamiyyah, 8)mana’ ah al- islamiyyah, dan 9) inqilabiyyah ghoiru tarqiyyah. Penggambaran karakter dakwah ini akan membentuk fikroh dan kesadaran me-ngenai dakwah yang baik, benar dan perlu diikuti. Khashaish ad-da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Beberapa ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, tujuan, sifat, aktifitas, serta proses perjalanan dakwah.
1) Rabbaniyyah (berorientasi pada Allah)
2) Islamiyyah QoblaJam’iyyah (Islam sebelum organisasi)
3) Syaamilah ghoiru juz’iyah ( konprehensif tidak parsial)
4) Mu’ashiroh ghoiru taqlidiyyah (modern tidak kuno)
5) Mahalliyahwa ‘alamiyah ( lokal dan internasional)
6) Ilmiyyah-Tau’iyah Islamiyah Al-Wa’y Al-Islami (ilmiah-Memberikan Kesadaran Islam-Kesadaran Islam)
7) Bashiroh islamiyyah (Pandangan Islami)
8) Mana’ ah al islamiyyah (proteksi Islami)
9) Inqilabiyyah ghoiru tarqiyyah (perubahan Total bukan tambal sulam-pembela hak, Batil-Taqwa).
Khoshoisud da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, sasaran, sifat, aktivitas, dan proses perjalanan dakwah. Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah sebagian saja tetapi semuanya merupakan bagian dari sifat dan ciri Islam itu sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan disini adalah sebagian saja karena luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki. Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di bawah ini hanyalah berkaitan dengan hal-hal yang penting saja atau yang dapat dijadikan sasaran.
1) Rabbaniyah
Dakwah yang rabbaniyah adalah dakwah yang me-Rabb (berorientasi kepada Tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas dakwah Islam harus merujuk kepada Allah sebagai Rabb. Minhaj dan ghoyah harus dikembalikan kepada Allah Ta’ala. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan di sini adalah ciri dakwah rabbani berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus melakukan tadarus dan ta’lim. Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang tidak lemah, tidak bersedih hati, tidak wahntetapi berani dan siap berhadapan dengan siapapun. Dakwah rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk kepada Allah (sumber), Rasul (cara), dan ulil amri (nizam).
Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga merupakan ciri dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah takwiniyah dalam membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader ke dalam masyarakat melalui ketokohan, kepakaran, dan keikut-sertaan.
Dalil
1) QS. Ali Imran 3:79
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
2) QS. Ali Imron 3:146 ;
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيّٖ قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٞ فَمَا وَهَنُواْ لِمَآ أَصَابَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا ٱسۡتَكَانُواْۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٤٦
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
2. Islamiyah qobla jam’iyah
Islam mengajak dan menyeru persatuan bukan per-pecahan. Diantara penyebab perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah Ta’ala berfirman agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan kumpulan, tetapi Allah Ta’ala menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah Islamiyah dan I’tishambihablillah.
Islamiyah qobla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau tidak memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan dan untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar Islam adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah setelah kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk menerima semua golongan atau mau berdakwah kepada semua go-longan sehingga memudahkan munculnya dakwah ustadziyatul ‘ailam.
Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada Islam sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada jamaah sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan untuk membawa dakwah kita.
Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan bagaimana semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami kepentingannya.
Dalil:
1) QS. Rum (30):31-32 ;
مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗاۖ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٣٢
Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebahagian daripada mereka mempersekutukan Tuhannya,
2) QS. Al-Hujurat (49):13 ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
3) QS. Ali Imran (3):103 ;
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُممِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
3. Syamilah ghoiru juz’iyyah
Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga dakwah Islam harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah (parsial). Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah yang syamilah juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya, politik, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh dakwah. Tanpa membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka dakwah bersifat juziyah.
Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah yang membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat melalui potensi dirinya.
Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka pemikiran aktivis perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat. Diterimanya aktivis oleh masyarakat tentunya mem-punyai beberapa ciri misalnya karena tokoh, status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai ciri ini maka dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan ber-gerak dengan berbagai bidang.
Dalil:
1) QS.. Al-Baqarah (2):208 ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
2) QS. Al-An’am (6):161-162 ;
قُلۡ إِنَّنِي هَدَىٰنِي رَبِّيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ دِينٗا قِيَمٗا مِّلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۚ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٦١ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik". Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
4. Mu’ashirah ghoiru taqlidiyah
Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah (kuno). Pendekatan dakwah secara minhaj harus mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang menyebutkan bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti wasilah dan strategi harus canggih dan meng-ikuti perkembangan semasa.
Pendekatan mu’asirah berarti mengambil situasi dan kon-disi, peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah dengan internet, power point dan sebagainya.
Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang canggih bukan dengan panah atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau unta.
Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak memperhatikan perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang kuno dan mungkin tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga muncul karena kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman yang jelas, atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu.
5. Mahaliyah wa ‘alamiyah
Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam adalah agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran Islam adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia. Dakwah yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah dan jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar dan menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam.
Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi operasional kita adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri, dan menginjakkan kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah dan hubungan harus bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan ummat akan terwujud.
Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qotr atau negeri misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan secara struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang kita hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia. Keadaan demikian juga menuntut kita untuk me-lakukan dakwah secara internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah.
Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah Islam dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal.
Dalil:
1) QS. Saba (34):28 ;
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٨
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui
2) QS. Al-anbiya (21):107;
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
6. ‘Ilmiyah
Dakwah yang islami adalah dakwah yang berjalan melalui pen-dekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam. Pendekatan kuliah, ceramah, perbincangan, latihan adalah se-bagian usaha pendekatan dakwah secara ilmiyah. Tanpa pen-dekatan ilmiyah, maka dakwah akan diikuti oleh mereka yang taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga akan membahayakan jamaah itu sendiri. Allah SWT melalui firmannya di dalam Al Qur’an atau Muhammad SAW melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan ilmu dan cara pendekatan Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha menyadarkan Islam bukan memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah tekanan dan paksaan adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah ini mengajak manusia berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap mengikuti pe-mahaman dan kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara yang sangat efektif dalam membentuk kesadaran Islam.
Dalil:
1) QS. Al-Baqarah (2) : 256 :
لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢٥٦
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
7. Bashirah Islamiyah
Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar adalah sifat Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada Islam. Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam, bukan minhaj yang berasal dari luar Islam.
Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang sudah maju dan mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal ini dapat mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat menurut Islam. Manaje-men Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan manaje-men Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru atau akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari dakwah yang tidak berdasarkan bashirah Islamiyah.
Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang terbatas juga akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu perlu rujukan yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah kita.
8. Mana’ah Islamiyah
Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah (kebal/benteng) Islam. Untuk mencapai ini maka dakwah ber-orientasi kepada pencapaian penguasaan teori (istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi) dan penguasaan amal (istiab amal).
Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi diberi bekal dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti rukun Islam, rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu diberi pengenalan kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj (ma’rifatul minhaj).
Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui latihan, amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit). Sasaran ini dicapai dengan mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk amal, biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan.
Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang terus-menerus (harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl). Tadzrib, tamrinat dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal ini.
9. Inqilabiyah ghoiru tarqi’iyyah
Perubahan yang dikehendak oleh dakwah adalah per-ubahan yang bertahap di dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Perubahan tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada perubahan yang bertahap (inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kepahaman, dan level mad’u.
BAB III
KESIMPULAN
Dakwah secara bahasa adalah an-nida artinya memanggil, ad-du’a ila syai’i (menyeru dan mendorong kepada sesuatu) dan ad da’wah ila qadhiyah (menegaskannya terhadap yang hak ataupun yang batil). Dengan demiikian dakwah dapat diartikan kepada memanggil dan menyeru manusia serta adanya pembelaan kepada yang diperjuangkan. Hal ini dituliskan dalam firman Allah surat Yunus: 25 yang artinya, “Allah mendakwahkan manusia ke Darussalam dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”.
Adapun beberapa karakter dalam dakwah Islamiyah yang mencakup enam hal, yaitu:
1. Prinsip dasar yang berhubungan dengan materi dakwah.
a. Mendakwahkan sesuatu yang paling penting, kemudian yang penting.
b. Mendakwahkan sunnah dan memberikan peringatan terhadap ba-haya bidah.
2. Prinsip dasar yang berhubungan dengan juru dakwah.
a. Ikhlas
b. Ilmiah (dakwah dengan ilmu dan bashirah).
c. Sikap santun dan sabar.
3. Prinsip dasar yang berhubungan dengan objek atau sasaran dakwah
a. Bijaksana.
4. Prinsip dasar yang berhubungan dengan metode dakwah.
a. Hikmah
b. Nasihat
c. Debat (al-jadal)
d. Jihad
e. Melunakkan hati
f. Hajr (boikot)
g. Amar ma’ruf nahi munkar.
5. Prinsip dasar yang berhubungan dengan media atau wasilah dakwah.
a. Media-media yang bersifat biasa.
b. Media-media yang bersifat ibadah.
6. Prinsip dasar yang berhubungan dengan tujuan dari dakwah.
a. Melaksanakan tanggung jawab syara’.
b. Berharap agar objek dakwah mendapatkan hidayah.
Karakter dan sifat dakwah islamiyah menurut Iwan Prayitno;
1. Rabbaniyyah (berorientasi pada Allah)
2. Islamiyyah QoblaJam’iyyah (Islam sebelum organisasi)
3. Syaamilah ghoiru juz’iyah ( konprehensif tidak parsial)
4. Mu’ashiroh ghoiru taqlidiyyah (modern tidak kuno)
5. Mahalliyahwa ‘alamiyah ( lokal dan internasional)
6. Ilmiyyah-Tau’iyah Islamiyah Al-Wa’y Al-Islami (ilmiah-Memberikan Kesadaran Islam-Kesadaran Islam)
7. Bashiroh islamiyyah (Pandangan Islami)
8. Mana’ ah al islamiyyah (proteksi ISlami)
9. Inqilabiyyah ghoiru tarqiyyah (perubahan Total bukan tambal sulam-pembela hak, Batil-Taqwa).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mu’adz Haqqi, Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak, Jakarta : Pustaka Azzam, 2012.
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani Pres, 2004.
Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah-penerjemah Beni Sarbeni, Jakarta: Darul Haq, 2008

.



Irwan Prayitno, Kepribadian Dai, Bekasi: Pustaka Tarbiatuna, 2003.
[1]Ahmad Mu’adz Haqqi, Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak, Jakarta : Pustaka Azzam, 2012, Cet. ke-9, hlm. 51.
[2]10 Ibid.hal 65.
[3]Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani Pres, 2004, Cet.ke-1, hlm. 32.
[4] ibid. hlm. 32.
[5]Irwan Prayitno, Kepribadian Dai, Bekasi: Pustaka Tarbiatuna, 2003, cet. ke-2, hlm. 425.
[6]Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002,cet. ke.1, hlm. 25.
[7]Ibid. hlm. 26-27.
[8] Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah-penerjemah Beni Sarbeni, Jakarta: Darul Haq, 2008, cet. ke-1, hlm. 29.
[9] Irwan Prayitno, Kepribadian Dai, hlm 458.
Post a Comment for "MAKALAH NILAI-NILAI KARAKTER DAKWAH ISLAMIYAH"