Melanjutkan posting sebelumnya tentang 10 Masjid Terapung di Indonesia (Bagian 1) berikut ini kami lanjutkan dengan 5 masjid terapung berikutnya yang ada di Indonesia, yang juga di urutkan berdasarkan tahun penyelesaian pembangunannya. Masih banyak lagi masjid masjid berkatagori terapung seperti yang sudah kami rangkum ini di Indonesia, terutama di wilayah wilayah yang memang menjadikan laut dan sungai sebagai sarana transportasi.
Seperti yang telah kami sampaikan dalam posting sebelumnya, mendirikan bangunan di atas air sudah merupakan keahlian dari sebagian masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala, sehingga dipastikan ada banyak sekali masjid masjid yang dibangun diatas air di seluruh wilayah Indonesia selain dari 10 Masjid yang sudah kami rangkum dalam dua posting ini.
6. Masjid Oesman Al-Khoir Kayong Utara (2016)
Masjid Terapung Oesman Al Khair dibangun di atas lahan wakaf dari Oesman Sapta Odang. Sebagian bangunan masjid ini berada diatas laut dilepas pantai Sukadana. Pembangunanya menghabiskan dana senilai Rp. 38 Miliar yang berasal dari dana patungan dari Oesman Sapta Odang sebesar Rp. 11 Milyar, dana corporate social responsibility (CSR) delapan BUMN sebesar Rp. 12 Milyar dan anggaran Pemerintah Kabupaten Kayong Utara dan swadaya masayarakat kayong Utara.
Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada Idhul Adha, bulan Oktober 2012 yang juga turut dihadiri oleh Oesman Sapta Odang. Proses pembangunannya memakan waktu selama 3 tahun 7 bulan dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Oktober 2016, ditandai dengan penandatangan prasasti.
7. Masjid Agung Lasusua, Kolaka Utara � Sulawesi Tenggara (2017)
Masjid Agung Lasusua, nama resminya adalah Masjid Agung Bahrurrasyad Wal Ittihad, nama yang cukup sulit untuk dilafalkan dan diingat, itu sebabnya masjid megah di tepian laut ini lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Lasusua, merujuk kepada tempat nya berdiri. Mulai dibangun tahun 2008 pada masa pemerintahan Bupati Rusdi Mahmud. Pertama kali di gunakan untuk penyelenggaraan sholat Idul Fitri pada tanggal 31 Agustus 2011 meskipun saat itu keseluruhan proses pembangunan masih berjalan. Bangunan masjid ini selesai pada bulan juni 2017.
Dibangun di atas lahan seluas 22.500 meter persegi, luas bangunan masjidnya mencapai 2500 meter persegi dan mampu menampung hingga 3000 jemaah. Pembangunan masjid ini memang cukup mengesankan, proses pembangunannya terintegrasi dengan pembangunan pusat pemerintahan kabupaten Kolaka Utara. Masjid agung ini berdiri di atas lahan reklamasi di lepas pantai Lasosua, tak hanya bangunan masjidnya, begitu juga dengan jaringan jalan raya yang membentang di sepanjang pantai disekitar masjid ini. Bila dipandang dari arah laut, masjid ini tampak seolah olah mengapung dipermukaan laut.
8. Masjid Terapung Amahami, Kota Bima � Nusa Tenggara Barat (2018)
![]() |
Meski sempat menuai kontroversi dan penolakan dari sebagian masyarakat, Masjid terapung di lepas pantai Amahami kota Bima ini, kini menjadi ikon kota Bima dan kebanggaan masyarakat setempat. |
Masjid terapung kota Bima atau Masjid Terapung Amahami adalah masjid yang berada di tepian pantai Amahami kota Bima, tepatnya berada di Jl. Sultan Muhamad Salahuddin, Belo, Kota Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat. Pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh pemerintah kota Bima dibawah pimpinan Walikota setempat HM. Qurais H. Abidin. meskipun sejak awal rencana pembangunan masjid ini mendapat penolakan bahkan kecaman keras dari beberapa pihak, namun masjid ini ahirnya dibangun dan kini menjadi salah satu Ikon kota Bima.
Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 10 April 2017 bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Bima yang ke 15, dan sudah mulai dapat digunakan pada ahir tahun 2017 yang lalu. Salah satu dasar pemikiran pembangunan masjid ini adalah bahwa masyarakat kota Bima terkenal sebagai masyarakat yang Islami, karenanya dengan dibangunnya masjid ini; ketika pertama kali masyarakat atau tamu luar daerah masuk wilayah Kota Bima, akan melihat berdiri kokoh sebuah masjid di pinggir laut Amahami, sebagai ikon kota Bima
9. Masjid Al-Alam Kendari (2018)
Masjid Al-Alam Kendari, dibangun di tengah laut teluk Kendari di kota Kendari, provinsi Sulawesi Tenggara. Gagasan pembangunan masjid ini bermula dari ide Gubernur Sulawesi Tenggara Nurul Alam untuk menghadirkan masjid di tengah tengah teluk Kendari. Pada awalnya banyak yang menentang rencana tersebut, dan kini masjid tersebut menjadi kebanggaan warga Kendari dan Sulawesi Tenggara.
Proyek Masjid Al-Alam Kota Kendaridimulai tahun 2010, mulai dipakai tahun 2017 dan diresmikan tahun 2018. Masjid ini menjadi masjid pertama di Indonesia yang dibangun begitu jauh ditengah laut dan dalam ukuran yang cukup besar, meski sebelumnya telah ada masjid masjid serupa di tanah air. Jarak dari pantai kota Kendari ke masjid ini sekitar 1.6 KM dihubungkan dengan jalan akses yang sengaja dibangun untuk menghubungkan masjid ini dengan daratan kota Kendari.
10. Masjid An-Nur Agats Kabupaten Asmat, Papua
Kota Agats merupakan ibukota kabupaten Asmat, provinsi Papua. Kota ini dikenal sebagai kota diatas papan karena sebagian besar bangunannya dibangun diatas air dengan di topang tiang tiang kayu dan berlantai papan. sama seperti semua bangunan yang ada di kota Agats, Masjid An-Nur Agats inipun dibangun berbentuk rumah panggung dengan lantai papan, dan pada saat air pasang naik, Masjid An-Nur Agats dan seluruh bangunan di kota ini seolah menjadi masjid dan bangunan terapung.
Masjid An-Nur Agats merupakan masjid utama di kota Agats kabupaten Asmat. Beragam aktivitas setingkat kabupaten dilaksanakan di masjid ini seperti acara buka puasa bersama dalam rangkaian kegiatan safari Ramadhan pemda kabupaten Asmat pada bulan suci Ramadhan dan lain sebagainya. Belum ada data tentang kapan masjid An-Nur Agats ini dibangun.
------------------------------------------------------------------
?? gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Post a Comment for "Menilik Keindahan Sepuluh Masjid Terapung di Indonesia (Bagian 2)"