Pandemi Covid-19 tak hanya mengakibatkan krisis kesehatan di suatu negara, melainkan juga menhasilkan sebuah krisis ekonomi. Pemicu timbulnya gejolak perekonomian itu karena adanya kebijakan pembatasan sosial demi mencegah penyebaran wabah tersebut.
Banyak negara di dunia yang mengalami krisis ekonomi pun terpaksa harus tercebur ke jurang resesi. Dampaknya juga memperburuk risiko utang di pasar negara berkembang.
Terkait hal itu, Okezone telah merangkum beberapa fakta menarik, Jakarta, Minggu (8/1/2021).
1. Bank Dunia Wanti-Wanti Fenomena Tersebut
Pelaksana Tugas Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan yang Berkeadilan dan Lembaga Keuangan Ayhan Kose menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memperburuk risiko utang di pasar negara berkembang. Prospek pertumbuhan yang lemah kemungkinan akan semakin meningkatkan beban utang dan mengikis kemampuan peminjam untuk membayar utang.
"Komunitas global perlu bertindak cepat dan tegas untuk memastikan penumpukan utang belakangan ini tidak berakhir dengan serangkaian krisis utang. Dunia berkembang tidak dapat menanggung dekade yang hilang lagi," ungkap Ayhan dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (6/1/2021).
2. Pandemi Diperkirakan Akan Meninggalkan Efek Buruk Jangka Panjang Pada Aktivitas Global
Seperti krisis parah di masa lalu, pandemi diperkirakan akan meninggalkan efek buruk jangka panjang pada aktivitas global.
Hal ini kemungkinan akan memperburuk perlambatan pertumbuhan global yang diproyeksikan selama dekade berikutnya karena kurangnya investasi, setengah pengangguran, dan penurunan angkatan kerja di banyak negara maju.
"Jika sejarah menjadi panduan, ekonomi global sedang menuju satu dekade kekecewaan pertumbuhan kecuali pembuat kebijakan melakukan reformasi yang komprehensif untuk meningkatkan pendorong fundamental dari pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan," papar dia.
3. Pembuat Kebijakan Perlu Terus Mempertahankan Pemulihan
Maka dari itu, sambungnya, pembuat kebijakan perlu terus mempertahankan pemulihan, secara bertahap beralih dari dukungan pendapatan ke kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan.
4. Negara Berkembang Harus Fokus Penanganan Kesehatan
Dalam jangka panjang, di pasar negara berkembang kebijakan untuk meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan, infrastruktur digital, ketahanan iklim, serta praktik bisnis dan tata kelola akan membantu mengurangi kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengurangi kemiskinan, dan memajukan kesejahteraan bersama.
"Dalam konteks posisi fiskal yang lemah dan utang yang meningkat, reformasi kelembagaan untuk memacu pertumbuhan organik menjadi sangat penting," imbuh Ayhan.
5. Bank Sentral di Beberapa Negara Berkembang Telah Menggunakan Program Pembelian Aset
Namun, di negara-negara di mana pembelian aset terus meningkat dan dianggap membiayai defisit fiskal, program-program ini dapat mengikis kemandirian operasional bank sentral, risiko pelemahan mata uang yang mengurangi ekspektasi inflasi, dan meningkatkan kekhawatiran tentang keberlanjutan utang.
6. Rasio Utang Indonesia Terus Membengkak, Jokowi Andalkan SWF
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkenalkan lembaga pengelola investasi (LPI) atau sovereign wealth fund (SWF) kepada para gubernur. Dia mengatakan bahwa para gubernur perlu tahu bahwa SWF adalah salah satu terobosan dalam rangka pembiayaan nasional.
“Ini juga agar para gubernur mengetahui sehingga kita memiliki sebuah terobosan dalam rangka pembiayaan nasional kita tidak hanya tergantung kepada APBN, tidak tergantung hanya dari bantuan pinjaman. Tetapi kita juga akan memiliki satu instrumen lagi yaitu SWF yang namanya adalah Indonesia investment authority,” katanya saat membuka rapat terbatas, Rabu (6/1/2021).
7. Ini Alasan Dibentuk SWF
Dia menyampaikan beberapa alasan dibentuknya SWF. Salah satunya adalah tingginya kebutuhan pembiayaan pembangunan ke depan.
“Kemudian juga rasio utang pemerintah terhadap PDB juga terus meningkat. Kemudian kapasitas pembiayaan dari BUMN juga ada keterbatasan. Sehingga terdapat kesenjangan antara kemampuan pendanaan domestik dan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan nasional. Oleh sebab itu pada bulan ini ini telah terbentuk yang namanya sovereign wealth fund,” paparnya.
Sumber : okezone.com
Post a Comment for "Jokowi dan Bank Dunia Ingatkan soal Utang Indonesia, Ini 7 Faktanya"