
KEMULIAAN seseorang itu ditentukan oleh kualitas dirinya dalam menebarkan rahmat dan maslahat, bukan ditentukan oleh "kursi/kedudukan"nya. Sungguh naif dan tertipu mereka yang bangga dengan "kursi"nya sementara kualitas dirinya lebih rendah dari kualitas "kursi"nya. Berpihaklah pada kemaslahatan bersama.
Mereka yang biasa mengidentifikasi kemuliaan dirinya dengan kursi jabatan yang sedang didudukinya biasanya adalah orang-orang yang berjiwa inferior (rendah). Pada saatnya nanti, mereka akan bertemu dengan kegalauan luar biasa, stress atau depresi, saat kursinya hilang dan berpindah tangan pada orang lain. Bukankah jabatan itu tak abadi?
Berbeda kisah dengan orang-orang tulus yang me"wakaf"kan dirinya untuk kebahagiaan bersama, kemasalahan umum dan kedamaian bersama, mereka senantiasa ceria kapanpun dan di manapun serta dalam peran dan posisi apapun. Semangatnya hanya satu, yaitu bagaimana cara menuliskan sejarah hidupnya dengan kisah indah yang mampu mengetuk banyak hati bahagia dengan kehadirannya dan mendoakan kebaikan untuk dirinya.
Guru saya sering menasehati kita semua untuk jangan mati sebelum menanamkan kebaikan, sebelum membangun "prasasti" sebagai penanda bahwa kita pernah hidup di buminya Allah SWT. Prasasti yang dimaksud adalah berupa kebaikan-kebaikan dan amal jariyah yang akan terus mengalir pahalanya walau sang pembangun prasasti itu telah wafat.
Mereka yang biasa mengidentifikasi kemuliaan dirinya dengan kursi jabatan yang sedang didudukinya biasanya adalah orang-orang yang berjiwa inferior (rendah). Pada saatnya nanti, mereka akan bertemu dengan kegalauan luar biasa, stress atau depresi, saat kursinya hilang dan berpindah tangan pada orang lain. Bukankah jabatan itu tak abadi?
Berbeda kisah dengan orang-orang tulus yang me"wakaf"kan dirinya untuk kebahagiaan bersama, kemasalahan umum dan kedamaian bersama, mereka senantiasa ceria kapanpun dan di manapun serta dalam peran dan posisi apapun. Semangatnya hanya satu, yaitu bagaimana cara menuliskan sejarah hidupnya dengan kisah indah yang mampu mengetuk banyak hati bahagia dengan kehadirannya dan mendoakan kebaikan untuk dirinya.
Guru saya sering menasehati kita semua untuk jangan mati sebelum menanamkan kebaikan, sebelum membangun "prasasti" sebagai penanda bahwa kita pernah hidup di buminya Allah SWT. Prasasti yang dimaksud adalah berupa kebaikan-kebaikan dan amal jariyah yang akan terus mengalir pahalanya walau sang pembangun prasasti itu telah wafat.
Sumber : inilah.com
Post a Comment for "Kualitas Diri dan Kualitas Kursi"